Jumat, 01 Januari 2010

Pengaruh Televisi Terhadap Perilaku Mahasiswa

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di Indonesia di pengaruhi karena adanya teknologi yang semakin berkembang misalnya saja media massa elektronik contohnya Internet, radio, televisi, telepon dsb. Akan tetapi salah satu yang paling mampu mempengaruhi perkembangan pembangunan yaitu televisi Menonton televisi merupakan salah satu hiburan yang cukup digemari oleh sebagian masyarakat di Indonesia selain digemari, juga sebagai media sosialisasi, dan termasuk hiburan yang mampu menyita waktu. Masyarakat Indonesia pada jaman sekarang tidak hanya mencurahkan waktunya untuk televisi, tetapi televisi memiliki pengaruh yang semakin besar terhadap perilaku manusia.
Televisi adalah gambar yang paling kompleks pada media ruparunggu dwimatra dinamis (moving audiovisual media). Televisi mmenghadirkan suatu revolusi dimana manusia dihadapkan pada jaman komunikasi visual pada layar televisi. Revolusi pertama komunikasi massa berangkat dalam abad ke lima sebelum kristus, yakni ketika terjadi transisi dari budaya lisan ke budaya tulis di Athena. Yang kedua bertolak di Eropa dalam abad ke lima belas ketika muncul mesin cetak Gutenberg, yang merupakan suatu revolusi dalam komunikasi massa. Revolusi ketiga adalah apa yang dikenal sebagai penemuan dan penyebaran informasi melalui televisi sebagai intinya. Perkembangan ini membuat televisi dikenal sebagai The second god (Tondowidjojo 1999:57). Dan orang-orang Belanda mem-pleset-kan singkatan TV menjadi Tweede-Vrouw (Istri Kedua).
Siaran televisi pertama di Indonesia ditayangkan pada tanggal 17 Agustus 1962 bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan republic Indonesia yang ke-17. Siaran tersebut berlangsung mulai pukul 07.30 sampai pukul 11.02 WI untu meliput upacara peringatan hari proklamasi di Istana Negara dan yang menjadi stasiun televisi pertama yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Sekarang stasiun televisi telah banyak di Indonesia seperti TvOne, Indosiar, TPI, RCTI, SCTV, Trans Tv, Trans 7, Global Tv, Metro Tv, dsb. Otomatis program/acara televisi pun makin beragam, dari mengenai berita nasional hingga internasional hanya dalam sekejap dapat diketahui, program reality show, sinetron, infotaiment, hingga film khusus anak-anak pun telah ada. Akan tetapi dari beragaman program/acara yang disiarkan belum tentu semuanya dikomsumsi oleh masyarakat khususnya mahasiswa. Dimana mahasiswa di sini sebagai obyek yang akan diseminarkan dan pengaruh perilakunya terhadap televisi.
Akibat televisi bisa bermacam-macam. Mulai dari perilaku meniru idola, tokoh kartun, atau terinspirasi untuk membuat video klip, sampe menurunnya minat baca. Sekalipun tidak pernah ada yang dapat membuktikan , televisi telah dituding sebagai pemicu sikap agresif atau beberapa sikap buruk lainnya. Televisi bisa juga menjadi media sosialisasi. Kekuatan pengaruh televisi dalam kehidupan kita sehari-hari terlihat dari pendapat Foster Wallace dalam buku Fictional Futures (1988) yang dikutip Garin Nugroho berikut ini :
“Kita hidup bersamanya, tidak hanya melihat……… maka tidak seperti generasi yang lebih tua, manusia abad ini tidak punya ingatan tentang dunia tanpa membicarakan televisi. Ingatan tentang dunia terbangun bersama didalamnya”
Akan tetapi mahasiswa sebagai obyek penelitian disini merupakan seorang individu yang mampu berpikir rasional, mampu memilih yang mana baik untuk mereka maupun mana yang tidak baik untuk mereka, televisi merupakan hiburan yang paling sering dikonsumsi sebagai pelengkap kebutuhan psikologi. Adapun hiburan yang mampu menyainginya adalah internet akan tetapi penggunaan internet sangat sulit dipergunakan selain perngkatnya mahal juga pengoperasiannya sangat sulit. Berbeda dengan penggunan televisi yang mampu menjadi hiburan keluarga karena pengoperasiannya tidak begitu sulit dan perangkatnya pun mudah didapatkan. Karena itu televisi dijadikan sebagai perangkat hiburan bagi Mahasiswa dan bagaimana pengaruhnya dari tayangan-tayangan yang ada sekarang ini, Bagaimana mahasiswa menyikapi tayangan-tayangan yang disiarkan oleh stasiun televisi dan bagaimana bisa mempengaruhi pola pikir mahasiswa ? serta apa efek perilaku yang ditimbulkan. Untuk itu saya mencoba membuat seminar pembangunan yang berjudul “pengaruh televisi terhadap perilaku mahasiswa”.


II. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang masalah, dari berbagai masalah yang telah diidentifikasikan, maka ada beberapa hal yang menjadi rumusan masalah.
Adapun rumusan masalah yang dimaksud, yaitu :
1. Bagaimana bentuk perilaku yang dihasilkan dari program acara televisi terhadap mahasiswa ?
2. Bagaimana peran orang tua dalam menentukan program acara televisi terhadap mahasiswa?
III. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk perilaku yang dihasilkan mahasiwa terhadap tontonan televisi.
2. Untuk mengetahui peran orang tua dalam menentukan program acara televisi terhadap mahasiswa.








BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL

Teknologi merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang ada, teknologi juga merupakan alat ukur suatu masyarakat terhadap suatu bangsa yang dianggap lebih maju. Teknologi merupakan objek dari kebudayaan materialisme, kaum materialism memandang manusia sebagai materi, realitas konkret, bersama dengan produk-produk pikiran manusia dan benda-benda, dan produk pikiran seperti teknologi, ilu pengetahuan, pengetahuan nilai-nilai, hukum, agama, dan kebudayaan.
Materialisme menurut Marvin Harris didefinisikan sebagai perspektif teoretis yang berpendapat bahwa ada hubungan kausal antara kekuatan-kekuatan materi dan aspek-aspek kebudayaan. Dalam prinsip-prinsip materialisme kebudayaan dijelaskan mengenai pola universal pada sistem universal sistem budaya yang dikonsepsikan oleh materialisme kebudayaan terletak pada konstanta biologi dan psikologi dari hakikat alamiah manusia, dan pada pembedaan antara pikiran dan perilaku, emik, dan etik. (Harris 1979:97-114).
Menghimpun pandangan materialisme mengenai mekanisme perubahan dalam masyarakat menurut Thorstein Veblen dan W.F. Ogburn. Veblen terutama memusatkan perhatian pada pengaruh teknologi terhadap pikiran dan perilaku manusia. Ia menyatakan pola keyakinan dan perilaku manusia, terutama dibentuk oleh cara mencari nafkah dan mendapatkan kesejahteraannya, yang selanjutnya adalah fungsi teknologi. Sedangkan menurut Ogburn berpendapat bahwa teknologi adalah mekanisme utama perubahan, nampaknya disangkal oleh sejumlah besar bukti historis.
McLuhan menyatakan : “ Setiap teknologi, secara bertahap, menciptakan lingkungan kehidupan manusia yang sama sekali baru”. Menurut pandangan ini, teknologi adalah kekuatan yang sangat besar dan tak terbendung pengaruhnya terhadap perubahan.
Televisi merupakan salah satu teknologi yang mampu melakukan perubahan yang dimaksud baik itu berupa tingkat kemajuan Negara maupun secara individu dapat merubah pikiran dan perilaku kita. Televisi telah menjadi sumber hiburan yang menarik. Akibatnya, orang betah di rumah lebih lama karena berkurangnya kebutuhan mencari hiburan di luar rumah. Ini berarti meningkatkan isolasi atau mempengaruhi pola-pola interaksi dan televisi mampu mengendalikan pikiran setiap individu dan mengubah pola tingkah lakunya baik itu dengan menambah atau membuat tren-tren yang baru.






















BAB III
PEMBAHASAN

Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau masyarakat secara luas sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar, brosur, baleho, buku, majalah, tabloid) dan media elektronik (radio, televisi, video, film, piringan hitam, kaset, CD/DVD). Media massa diidentifikasikan sebagai media sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku masyarakat.
Televisi merupakan produk dari kebudayaan modern sebagai pemenuhan kebutuhan hiburan bagi manusia, sedangkan kebudayaan menurut Abu Ahmadi (2004: adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa. Jadi media televisi pada hakekatnya merupakan dari cipta kreatif para ilmuwan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian kalau dilihat dari segi komunikasi massa, televisi temasuk ke dalam saluran (chanel) untuk menyampaikan pesan kepada khalayak supaya pesan diterima dengan baik. Ini diungkapkan oleh Lasswell dalam Wiryanto (2006:70) bahwa komunikasi massa terdiri dari unsur-unsur sumber (source), pesan (message), saluran (chanel), penerima (receiver) serta efek (effect). Karena merupakan media komunikasi massa maka tidak terelakan lagi televisi dapat dilihat dan ditonton oleh setiap orang dari berbagai tingkatan usia, mulai dari anak-anak, dewasa, sampai orang tua. Celakanya televisi ternyata membawa dampak negatif yang lebih besar dari pada dampak positifnya.
1. Pengertian Televisi

Media televisi adalah suatu alat untuk menyampaikan informasi komunikasi secara aktif maupun pasif. Sedangkan Televisi berasal dari dua kata yaitu( tele ) yang artinya jauh dan (visi) artinya pandangan, yang bermakna pandangan jarak jauh. Namun arti secara global adalah sebuah alat media informasi audio visual satu arah.(dalam Google) Media yang paling popular dan tersebar (di Amerika dan mungkin juga di Indonesia), masyarakat yang tidak menikmati televisi telah semakin berkurang. Di Amerika Serikat pesawat televisi rata-rata disetel sekitar tujuh jam sehari. Ini berarti lebih dari 2500 jam per tahun , atau 106 hari per tahun. Dalam seminggu ini berarti 47 jam, lebih dari waktu yang digunakan orang untuk bekerja atau tidur. Walaupun kita dapat berbeda pendapat mengenai apakah ini baik atau buruk, kita pasti berpendapat kehidupan orang Amerika tanpa televisi pasti akan sama sekali berbeda dari yang ada sekarang. Selama 10 atau 15 tahun yang lalu televisi telah berubah drastis. Selama 10 atau 15 tahun yang akan datang perubahannya mungkin akan jauh lebih besar lagi. TV kabel (di Amerika), pada mulanya dirancang untuk memperbaiki penerimaan siaran, sekarang ia telah menjadi program khusus yang di nikmati lebih dari 50 juta rumah (Devit 1990) Secara umum Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
Menurut Istilah Oemar Hamalik dalam bukunya Media Pendidikan menyatakan bahwa: “Televisi adalah suatu perlengkapan elektronik yang pada dasarnya adalah sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara”.

2) Perkembangan Televisi di Indonesia
Teknologi televisi masuk ke Indonesia bersamaan dengan dilangsungkannya peristiwa akbar Olah raga Asian Games di tahun 1962. Embrio penyiaran televisi lahir bersamaan dengan didirikannya TVRI oleh Presiden Soekarno.Dengan adanya kehadiran Satelit Palapa untuk pertama kalinya di tahun1976, TVRI bisa diterima hampir seluruh tanah air. Siaran pembangunan, hiburan, dan pendidikan mudah diterima masyarakat. Sehingga, setidaknya masyarakat bisa well-informed dengan pelbagai peristiwa seputarnya.TVRI mulai menerima iklan lebar-lebar dipenghujung 1980. karena didugakehadiran iklan terutama untuk kalangan masyarakat pedesaan, memicu pola konsumerisme. Maka, pada 1981, tayangan iklan di TVRI dihentikan (Malik,1997 : 37).
Setelah sekian lama TVRI memonopoli bidang siaran sejak 1963, pemerintah pun kemudian merangkul pihak swasta untuk ambil bagian dibidang siaran televisi. Pada 1988 RCTI diberi hak siaran. Televisi milik grup Bimantara pimpinan Bambang Trihatmojo, mulai beroperasi sejak April 1989 dan diresmikan pada 24 Agustus 1989 tepatnya pada hari lahir TVRI ke-28.Meskipun, siarannya masih terbatas di Jakarta saja, dengan menggunakan antena parabola.
Pada 1991, deregulasi televisi swasta makin melaju, hal ini terlihat dari pemberian izin lahirnya Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang dikelola PT.Cipta Televisi Pendidikan Indonesia milik Siti Hardiyanti Indra Rukmana. Diresmikan Presiden Soeharto pada 23 Januari 1991, bertempat di studio 12 TVRI Senayan Jakarta.
Melalui aturan yang mulai melonggar itu, RCTI dan SCTV segera membangun pelbagai stasiun relay-nya di beberapa kota. Pada 1993 itulah RCTI dan SCTV yang tadinya satu atap manajemen, kini berpisah untuk mengatur dirinya masing-masing. Keduanya bisa bebas bersaing. Diawal 1993 lahir pula AN-TV, menyusul berikutnya Indosiar yang resmi go public awal 1995. Indosiar dimodali oleh Sudono Salim alias Liem Siue Liong dan keluarga Supardjo Rustam. Tampil pertama kalinya, Indosiar menayangkan film yang baru diproduksi dan belum beredar di bioskop. Hal ini mengejutkan banyak pihak.
Lahirnya televisi swasta dengan perkembangannya, merupakan upaya pemerintah untuk mengimbangi masuknya siaran televisi asing yang dianggap dapat membahayakan masyarakat Indonesia. Sekarang akibat pesatnya perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia,kita bisa menyaksikan 12 televisi swasta nasional, diantaranya; RCTI, SCTV, TPI, ANTV, Indosiar, MetroTV, TransTV, Trans7, TVOne, GlobalTV, SunTV dan MakassarTV Dengan banyaknya stasiun televisi maka persaingan untuk memperebutkan kue iklan semakin ketat.
Media televisi akan berusaha menayangkan acara yang menarik bagi khalayak. Sehingga khalayak akan betah menikmati tayangan televisi yang menarik dan“bagus.” Melalui rating, berupaya untuk meraup iklan sebanyak-banyaknya. Karena,makin tinggi rating sebuah program, maka semakin tinggi pula raihan iklan yang akan diperoleh. Maka TV swasta saling mengejar rating lewat tayangan tayangan yang dapat menarik hati pemirsa.

3. Pengertian Prilaku
Prilaku dalam bahasa inggris disebut dengan behavior yang berarti sebarang respon (reaksi,tanggapan,jawaban,balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme. Secara khusus berarti bagian dari satu kesatuan pula reaksi, suatu perbuatan atau aktivitas, satu gerak atau kompleks gerak-gerak.
Sebagian besar perilaku manusia merupakan hasil belajar. Penerapan prinsip belajar dalam membentuk perilaku merupakan prinsip dasar perilaku. Ada tiga prinsip dasar perilaku, yaitu 1. Perilaku yang prinsip dasar pembentukkannya melalui kondisioning respon, 2. Perilaku yang prinsip dasar pembentukkannya melalui kondisioning operan, dan 3. Perilaku yang pembentukkannya melalui modelling. Pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non-akademik. Pembelajaran berlangsung di perguruan tinggi dan di mana saja di seputar dunia mahasiswa. Ada empat asumsi mengenai belajar (Parson,2001,h.206) yaitu ;
1) Kita dapat mempelajari hal yang bermanfaat dan hal yang kurang bermanfaat.
2) Kita tidak selalu menyadari apa yang sudah kita pelajari.
3) Hasil belajar tidak selalu mudah kelihatan atau tampak.
4) Ada jenis dan tingkat belajar.

4. Pembentukan Prilaku.
Ada tiga model pembentukan prilaku manusia pada umumnya secara rinci dijelaskan di bawah ini:
1. Perilaku yang prinsip dasar pembentukkannya melalui kondisioning respon,
Perilaku yang prinsip dasar pembentukkannya melalui kondisioning respon atau pembiasaan klasik ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen Psikolog Rusia Ivan Pavlov ( 1849-1936). Pada dasarnya classical conditioning adalah suatu teori yang menjelaskan bagaimana kita kadangkala mempelajari respon-respon yang baru sebagai sebagai sebuah hasil dari dua stimulus atau lebih yang hadir hampir pada waktu yang sama
2. Perilaku yang prinsip dasar pembentukkannya melalui kondisioning operan,
Dalam pengkondisian operan juga dinamakan pengkondisian instrumental. konsekuensi perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi. Arsitek utama pengkondisian operan adalah B.F. Skinner, yang mendasarkan idenya pada pan¬dangan konstruksionis E.L. Thorndike. Hukum efek Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang diikuti hasil positif akan diperkuat, sedangkan yang diikuti hasil negatif akan diperlemah. Pandangannya dinamakan teon S-R. Skinner mengembangkan ide Thorndike ini.
Penguatan (imbalan atau ganjaran) adalah konsekuensi (entah itu positif atau negatif yang meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku; hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Dalam penguatan positif, perilaku meningkat karena diikuti oleh stimulus imbalan (seperti pujian). Dalam penguatan negatif, perilaku meningkat karena responsnya menghilangkan stimulus yang tidak disukai (tidak menyenangkan). Dalam pengkondisian operan juga ada generalisasi, diskriminasi dan pelenyapan. Generalisasi berarti memberi respons yang sama untuk stimuli yang sama. Diskriminasi adalah membedakan di antara stimuli atau kejadian lingkungan. Pelenyapan terjadi saat respons penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan responsnya menurun
3. Perilaku yang pembentukkannya melalui modelling
Prilaku yang pembentukannya melalui modelling diarsiteki oleh Albert Bandura teori ini juga disebut dengan teori kognitif sosial atau sosial learning theory. Model determinisme pembe¬lajaran resiprokalnya mencakup tiga faktor utama: person/kognisi, perilaku, dan lingkung¬an. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura belakangan ini adalah self-efficacy, keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif.

5. Pengaruh televisi terhadap perilaku Mahasiswa
Dampak perilaku mahasiswa yang dapat bisa jadi ditimbulkan akibat menonton televisi diantaranya:
1. Sikap.
a) Ingin mendapatkan dan mencapai sesuatu selekas mungkin (instantly). Dilayar TV, segala sesuatu berjalan cepat. Gaya televisi memang mengharuskan kecepatan itu. Segalanya serba seketika. Hitungan yang berlaku dalam tayangan televisi adalah detik. Jadi,semua tampak cepat.
b) Kurang menghargai proses. Sebagai lanjutan dari ingin cepat mencapai sesuatu, mahasiswa jadi kurang menghargai, bahkan disana-sini ingin mengabaikan, kalau bisa bahwa segala sesuatu ada jalannya. Ada awal, ada proses, baru kemudian ada hasil. Akibatnya,kurang menghargai proses ini, timbul kecenderungan ingin mendapatkan sesuatu lewat jalan pintas.
c) Kurang dapat membedakan khayalan dengan kenyataan. Dengan kemampuan berpikir yang sederhana, mahasiswa yang sudah terbiasa nonton sepanjang hari relatif menganggap apa saja yang ada di layar televisi adalah sesuatu hal yang nyata.
2. Perilaku.
Berbagai acara yang menayangkan tentang pergaulan bebas remaja di kota besar yang sarat akan dunia gemerlap (dugem). Seperti tayangan-tayangan televisi dalam mengonsumsi obat-obatan terlarang, cara berpakaian yang terlalu minim alias sexy, goyang-goyangan yang sensual para penyanyi dangdut, kisah percintaan remaja hingga menimbulkan seks bebas, ucapan-ucapan kasar dengan memaki-maki atau menghina dan sebagainya. Inilah yang seringkali menjadi contoh tidak baik yang sering mempengaruhi mahasiswa-nahasiswa yang berada di kota maupun di daerah untuk mengikuti perilaku tersebut.
Dari tayangan – tayangan tersebut ada mahasiswa yang hanya sekedar menyaksikan, tapi tidak terpengaruh mengikutinya. Dan ada juga mahasiswa yang memang gemar menyaksikan dan terpengaruh untuk mengikuti hal tersebut guna mencari sensasi di lingkungan pergaulan. Mereka inilah yang paling rawan melakukan berbagai pelanggaran, karena mereka mudah terpengaruh dan ingin mencari sensasi di lingkungan pergaulan agar dapat disebut sebagai seorang yang gaul.
Terhadap mahasiswa yang mudah terpengaruh oleh adegan-adegan tersebut, mengakibatkan mereka selalu berbuat iseng dalam bergaul atau dalam bentuk kenakalan. Apalagi mereka bergaul dengan teman yang nakal maka semakin mudah pula mereka terpengaruh. Seperti nonton film porno karena ketertarikan akan program televisi yang bersifat sensualitas hingga menimbulkan suatu bentuk penyimpangan dalam bergaul. Serta cara berpacaran yang sudah melewati batas, hingga menimbulkan seks bebas dikalangan mahasiswa yang pada akhirnya banyak diantara mahasiswa-mahasiswa atau remaja yang menikah di usia muda. Selain itu juga dapat menimbulkan pemerkosaan dan pencabulan diantara kehidupan mahasiswa.
Begitu juga program yang menayangkan adegan kekerasan sehingga mereka yang pola pikirnya masih labil dan emosional cenderung untuk melakukan perilaku yang kasar dan tidak sopan baik kepada teman sendiri, maupun kepada orang tua. Banyak sekali dampak negatif yang dirasakan terhadap mahasiswa hanya saja terkadang mereka tidak terlalu merespon berbagai dampak yang muncul.
Meskipun banyak para mahasiswa terjerumus pada hal-hal yang kurang baik namun tidak semua Intelektual muda terpengaruh oleh tayangan televisi yang menyimpang tersebut. Diantara mereka, pastinya juga ada yang mengambil sisi positif dari acara yang diberikan. Akibat dari tayangan televisi menyimpang dapat terjadi apabila didukung pula oleh lingkungan yang memberikan kesempatan buruk terhadap pergaulan mereka.
Begitu juga tidak semua tayangan mengenai sinetron itu jelek. Jika para mereka dapat mengambil sisi positif dari tayangan tersebut, tentu tidak akan ada masalah terhadap pribadi dan lingkungannya. Namun jika mereka meniru berbagai tayangan yang dinilai kurang mendidik, seperti pergaulan bebas dan saling mempengaruhi diantara lingkungan yanag memang menyediakan lingkungan yang kurang baik. Kemungkinan akan melakukan berbagai penyimpangan, baik dari segi agama maupun moral dan etika bahkan tak jarang memuaskan nafsu akhirnya mhasiswa yang terpengaruh melakukan pelanggaran hukum.

3. Pendidikan
a) Menyita waktu. Banyaknya waktu yang dihabiskan oleh mereka untuk menonton televisi, berarti pengurangan terhadap waktu yang seyogianya diperuntukan bagi aktivitas lain. Mahasiswa yang asyik menonton televisi berlama-lama, akan berkurang waktunya untuk bersosialisasi dengan sesamanya, membuang waktu dengan percuma dan sebagainya.
b). Mengurangi perhatian dan minat akademik. Dengan sendirinya keasyikan pada televisi akan berpengaruh pada minat dan perhatian mahasiswa pada aktifitas kuliahnya. Pengaruh itu antara lain dapat mengganggu konsentrasi akademiknya.
c). Menyaingi minat membaca dan terhadap media lain. Baik secara fisik (kelelahan mata) maupun mental (tuntutan untuk memproses informasi), keasyikan pada televisi berpengaruh terhadap minat membaca.
4. Nilai dan Agama
a) Mengaburkan nilai-nilai agama dan sosial dalam hal respek,kesopanan, susila. Karena banyak sajian televisi berasal dari Negara yang menganut nilai-nilai dan norma yang berbeda dengan kita. Isi yang ditayangkan sering kali tidak cocok atau bahkan bertentangan dengan yang berlaku ditengah masyarakat.
b) Mengorbankan semangat pemuda dan keduniaan. Sudah menjadi sifat televisi sebagai suatu medium menuntut penampilan tokoh dan watak yang umumnya mencerminkan hal-hal yang menjadi obsesi pemirsa (yang indah rupawan, ganteng, bahagia, dan sebagainya). Perangkat dan aksesori lain yang ditampilkan pun, terutama untuk sajian berbentuk iklan, umumnya mencerminkan kesempatan duniawi.


5. Budaya
a). Mendorong kekaguman yang berlebih pada kebudayaan Barat. Karena yang menjadi sumber utama isi siaran televisi adalah program yang dihasilkan di negara-negara Barat, tidak heran jika timbul kekaguman kepada apa saja yang tampil di layar kaca. Meskipun tidak semua yang disajikan itu hal yang buruk. Perlu upaya untuk mencegah kekaguman yang bersifat membabi buta.
b). Mengurangi perhatian terhadap identitas nasional. Konsekuensi dari hal di atas tadi, membuat minat dan perhatian, bahkan lebih penting lagi penghargaan atau apresiasi terhadap warisan budaya sendiri, atau sesuatu yang menjadi jati diri bangsa menjadi berkurang.
Dampak televisi yang begitu meluas, tidak menjadi alasan kita untuk tidak menggunakan televisi. Banyak program televisi yang bernilai positif, jika kita ada keinginan untuk selektif dalam memilih tayangan.

6. Solusi Alternatif Media Televisi Terhadap Pembentukan prilaku:
Peranan orang tua
Uraian berikut ini dikutip sepenuhnya dari makalah seminar yang dipresentasikan oleh Fuad Ghani bahwa "ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya, bila anda menyiapkan dengan baik, diibaratkan anda menyiapkan bangsa yang berakar baik". Syair terkenal dari seorang ulama besar imam Syafi'I menyiratkan betapa pentingnya peranan seorang ibu bagi anak-anaknya sampai ia diibaratkan sebuah sekolah sedangkan kita mengetahui sebuah sekoah di identikkan sebagai tempat menimba ilmu dan mereguk berbagai pelajaran dan pengalaman. Maka tak pelak lagi seorang ibu yang baik seperti halnya sekolah haruis mendidik dan mengajarkan berbagai hal yang baik dan mulia kepada anak-anaknya agar kelak tumbuh generasi yang kuat dan beriman.
Pendidikan Islam adalah sebuah upaya untuk membentuk kepribadian agar sesuai dengan ajaran islam. Barangkali memang benar bahwa orang tua kita dulu mengasuh kita tanpa buku atau majalah seperti sekarang, tetapi zaman sudah berubah. Lain dulu lain sekarang. Sekarang sudah ada televisi, parabola, video game, play station, dan peralatan canggih lainnya, sehingga dalam mengasuh anak sebaiknya orang tidak lagi bertindak atau berpegang bahwa segala sesuatu akan berjalan dengan sendirinya, tetapi perlu perencanaan dan pembaruan dalam pendidikan anak-anak
Saat ini, para orang tua dihadapkan pada tantangan lapisan masyarakat dalam berbagai tingkat usia serta menjadi pemicu tingginya kriminalitas, membuat orang tua krisis moral sedini mungkin, karena seburuk-buruknya akhlak sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang mereka dapat semasa kecilnya.
Mendidik anak memang membutuhkan kesabaran, tidak hanya cukup hanya dengan bekal pendidikan yang memadai. Namun, orang tua juga diharapkan memiliki kepekaan terhadap kebutuhan dan keinginan anaknya, sehingga menghasilkan tindakan-tindakan mendidik yang arif dan bijaksana. Pada masa kanak-kanak, secara psikologis mereka mempunyai ketergantungan yang kuat. Dengan adanya orang tua, menanamkan nilai-nilai moral kan lebih mudah dilakukan daripada ketika mereka sudah dewasa.
Untuk itu unsur-unsur metode mendidik anak yang benar-benar merangsang minat, pemberian motivasi yang tepat, kemampuan berkomunikasi orang tua yang luwes, didinamis, dan penuh nuansa, akan sangat berpengaruh bagi keberhasilan pendidikannya kelak.
Tak ada jalan lain, beragam program televisi yang hadir menjumpai kamar mahasiswa mendorong orangtua harus melek media (media literacy). Artinya, orangtua harus cakap mengoperasikan media; cakap membaca simbol-simbol di belakang makna tayangan; cakap mencari, memilih dan memilah media; serta kalau bisa cakap memproduksi tayangan atau program televisi.

Kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan yang memang menyediakan pergaulan buruk. Maka memberikan dampak buruk pula bagi mereka untuk mudah larut dalam hal-hal negatif. Baik dari tayangan televisi maupun dari pergaulan teman-temannya. Kurangnya perhatian orang tua banyak para mahasiswa (Khususnya mereka yang tinggal memondok) mencari perhatian didunia luar. Mereka cenderung melakukan atau mencari kesenangan di lingkungan pergaulannya. Ikut-ikutan dan tak lagi dapat membedakan yang mana baik dan buruk. Rasa takut hilang karena menganggap banyak temannya yang melakukan hal keliru tersebut. Hingga akhirnya ketergantungan dan mereka terus melakukannya berulang kali seperti halnya biasa dan membentuk sebuah budaya yang tak bisa lepas dari hidup mereka. Seperti mengkonsumsi minuman keras, narkoba dan kegiatan lain yang dinilai dapat memberikan kesenangan sesaat. Dan dampak dari kegiatan tersebut akan menciptakan orang-orang yang hedonis.
Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi
Menurut Gunarsa ( 1995 : 31 – 38) dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum peran kedua individu tersebut adalah :
a. Peran ibu adalah :
1) Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik
2) Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten
3) Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak
4) Menjadi contoh dan teladan bagi anak
b. Peran ayah adalah :
1) Ayah sebagai pencari nafkah
2) Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman
3) Ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak
4) Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga.

Dari penjabaran mengenai peranan orang tua diatas, dapat disimpulkan betapa besarnya peranan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya, mendidik, mengendalikan anaknya serta menjadi teladan bagi anaknya. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh terhadap perkembangan anaknya dan segala aktivitas anaknya serta harus bisa membimbing, mengawasi dan mengarahkan untuk melakukan kebaikan sesuai dengan kepercayaan (agama) yang dianutnya dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Setiap orang tua memiliki tanggungjawab untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oeh sebab itu hal-hal yang sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak negatifnya, sudah sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan senjata untuk mengantisipasinya.






BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Ghani, Fuad
2008 “Mengurangi Dampak Negative Tayangan Di Indonesia”. Seminar dampak media televisi terhadap anak. Hal 1-2. Depok. UI.

Istanto, Freddy H
1999 Peran Televisi Dalam Masyarakat Citraan Dewasa ini (Sejarah, Perkembangan dan Pengaruhnya), Hal 102-103.Surabaya. Universitas Kristen Petra.

Mulkan, Dede
2007 Kualitas Pemberitaan Media Terhadap Tingkat Pendidikan. Faklutas Ilmu Komunkasi- UNPAD. Bandung

Nugroho, Garin
1999 Harapan Memadu Bangsa di Ruang Keluarga, Harian Kompas 10 April.

Purwanta, Edy
2005 Modifikasi prilaku: alternative penanganan anak luar biasa, Hal. 17. Jakarta:Diknas

Saefuddin, Achmad F
2005 Antropologi Kontemporer (Suatu pengantar kritis mengenai paradigm). Jakarta: Kencana.


Saleh, Abdul Rahman
2007 Informasi: Tinjauan Atas Peran Strategis dan Dampaknya Bagi Masyarakat. Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI), Jakarta.


Santi Indra Astuti,
2005 Kekerasan Kriminalitas di Televisi, Bandung

Tondowidjojo. John CM
1999 Komunikasi berbalik menjadi Konsumsi, Warta Paragoaz, Forum Komunikasi Umat.

Ubaydillah
2009 Dampak televisi terhadap remaja dan anak-anak di Indonesia, Universitas Islam Riau, Pekanbaru. Riau.

Yuliyanti, Arrum Chyntia
2008 Media Massa Sebagai Media Sosialisasi, Palangkaraya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar